Permintaan alat berat pada tahun 2024 diproyeksikan akan mengalami penurunan karena berbagai persoalan seperti faktor geo-politik global dan hiruk pikuk politik di dalam negeri. Tahun 2024 merupakan tahun politik karena penyelenggaraan pemilihan umum (Pemilu). Belajar dari pengalaman sebelumnya, belanja pemerintah untuk pembangunan akan berkurang karena lebih banyak anggaran digunakan untuk urusan politik. Akibatnya, permintaan alat konstruksi akan turun karena penggerak utamanya adalah proyek-proyek pemerintah. Kondisi itu akan diperburuk oleh gejolak harga batu bara yang terjadi sepanjang tahun 2023 dan diperkirakan akan berlanjut hingga tahun depan. Artinya, permintaan mesin-mesin tambang pada 2024 akan semakin merosot.
Prediksi itu diungkapkan oleh Presiden Direktur PT United Tractors Tbk (UT), Frans Kesuma, pada acara Mining Expo 2023 di JI-Expo Kemayoran pada September silam. Hingga akhir 2023, kata dia, permintaan alat berat masih baik, namun pada 2024 akan terjadi perlambatan di sektor pertambangan, dan permintaan mesin-mesin tambang akan kembali meningkat pada 2025 karena terjadi keseimbangan. Artinya, ada penambahan dari sektor-sektor yang non komoditas untuk mengimbangi penurunan komoditas.
“Kami prediksi pada 2024 akan terjadi slowdown, karena kita pada tahun 2021-2022 booming komoditas, orang-orang menunggu satu tahun lewat pending order tahun lalu yang belum bisa ter-deliver. Kalau sudah semua ter-deliver berarti secara otomatis permintaan alat berat akan mengalami penurunan. Tahun 2024 berarti real demand. Itu kami lihat terjadi penurunan dibanding tahun 2023. Meski begitu, di saat permintaan alat berat untuk sektor komoditas menurun, diperkirakan permintaan alat berat dari sektor konstruksi akan menyeimbangkan penurunan tersebut,” ungkapnya.
Perkiraan itu mengacu pada tren penjualan alat berat dalam beberapa bulan terakhir menjelang akhir 2023. Penjualan alat berat UT, misalnya, turun 14,70% menjadi 406 unit pada Juli 2023 dibandingkan Juni 2023 sebanyak 476 unit. Angka ini turun menjadi 400 unit pada Agustus 2023, tergerus lagi menjadi 327 unit pada Oktober 2023 jika dibandingkan penjualan pada September 2023 sebanyak 414 unit alat berat.
Melansir laporan bulanan, dikutip Selasa (05/12/2023), UT menjual 43.692 unit alat berat Komatsu selama periode Januari 2023 sampai dengan Oktober 2023. Angka ini turun 7,76% jika dibandingkan dengan penjualan alat berat Komatsu pada periode yang sama tahun 2022 sebanyak 5.087 unit.
Penjualan alat berat Komatsu didorong oleh permintaan dari sektor pertambangan dan konstruksi. Dari total keseluruhan penjualan alat berat, sebesar 62% diserap sektor pertambangan, 16% diserap sektor konstruksi, 13% diserap sektor kehutanan, dan sisanya sebesar 9% ke sektor perkebunan. Total pangsa pasar Komatsu per September 2023 adalah sebesar 30%, turun dari bulan sebelumnya 31%.
Adapun per Oktober 2023, penjualan Komatsu mencapai 327 unit, turun dari September 2023 sebesar 414 unit. Penjualan Komatsu pada September 2023 didominasi oleh sektor tambang 49%, konstruksi 27%, agro 13%, dan kehutanan sebesar 11%.
Penjualan alat berat PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA) juga mengalami tren serupa. Distributor alat berat Hitachi ini menargetkan penjualan sebanyak 2.375 unit mesin hingga akhir tahun 2023. Target tersebut turun 31,10% jika dibandingkan capaian penjualan alat berat HEXA sebanyak 3.447 unit pada 2022.
Dwi Swasono, Direktur Penjualan HEXA, mengemukakan target penjualan alat berat tersebut turun karena tren pelemahan harga batu bara berimbas ke penjualan HEXA. “Tren pertumbuhan tahun 2023, dari sektor harga batu bara yang masih di bawah, tentu berdampak terhadap penjualan kami,” ujar Dwi dalam paparan publik, dikutip Selasa (05/12/2023).
Meski begitu, HEXA tetap optimistis. “Perseroan optimis harga batu bara akan kembali pulih. Ini seiring dengan kondisi stabilitas politik jelang Pemilu yang diharapkan cukup baik. Hal ini akan mendorong penjualan alat berat HEXA,” katanya.
Penjualan alat berat HEXA tercatat sebanyak 607 unit pada semester I 2023.
Ini berasal dari penjualan excavator segmen kehutanan sebanyak 181 unit atau setara 36%. Disusul sebanyak 160 unit atau 31% untuk segmen agro atau perkebunan, segmen pertambangan 85 unit atau setara 17%, segmen konstruksi 78 unit atau setara 15%, dan segmen lain-lain sebanyak 7 unit atau setara 1%. Pada semester I 2023, penjualan mini excavator tercatat sebanyak 61 unit, wheel loader 12 unit, RDT 7 unit, dan Bell ADT sebanyak 16 unit.
Dari sisi kinerja keuangan, pada periode Januari 2023 sampai dengan September 2023, laba tahun berjalan HEXA mencapai US$30,90 juta. Laba tahun berjalan ini naik 36,55% jika dibandingkan sebesar US$22,63 juta di periode yang sama tahun 2022.
Peningkatan laba bersih ini didorong oleh penghasilan HEXA yang mencapai US$316,80 juta per September 2023. Penghasilan HEXA per September tahun ini naik 20,63% dari US$262,62 juta secara tahunan atau year on year.
Penghasilan HEXA ini didorong oleh penjualan alat berat ke pihak berelasi sebesar US$48,22 juta, dan penjualan alat berat ke pihak ketiga senilai US$158,86 juta. Kemudian penjualan suku cadang ke pihak ketiga sebesar US$64,24 juta, jasa pemeliharaan dan perbaikan ke pihak ketiga sebesar US$33,78 juta, dan jasa penyewaan alat berat ke pihak ketiga sebesar US$5,66 juta. Pendapatan HEXA hingga akhir tahun 2023 ditargetkan US$651,571 juta. Target ini naik 3,34% jika dibandingkan pendapatan HEXA sebesar US$630,495 juta pada tahun 2022.
HEXA ke depan terus memperluas jangkauan pelanggan dengan jajaran produk yang disempurnakan melalui penyediaan berbagai produk. Perseroan akan meningkatkan penjualan peralatan bekas setelah masa sewa dan dukungan skema sewa.
Bagaimana dengan PT Intraco Penta Tbk (INTA) ? Sebagai salah satu distributor besar di Indonesia, INTA memasang target optimistis hingga akhir tahun. Perusahaan yang memasarkan alat berat LiuGong ini menargetkan pendapatan sebesar Rp1,2 triliun pada 2023. Target ini meningkat 81,54% jika dibandingkan pendapatan INTA sebesar Rp661,30 miliar pada 2022. Untuk itu, INTA melakukan penetrasi pasar secara intensif sekaligus menggandeng principal untuk memperoleh dukungan penuh guna meningkatkan penjualan alat berat dan memberikan kepuasan kepada para pelanggan.
Di tengah melemahnya harga batu bara, INTA berhasil menjual sebanyak 302 unit alat berat selama periode Januari hingga September 2023. INTA tetap fokus untuk menjual alat berat di sektor pertambangan dan meyakini terjadi pertumbuhan sampai akhir tahun ini.
Adapun pendapatan usaha INTA hingga September 2023 tercatat sebesar Rp702,88 miliar. Angka ini naik 41,38%, jika dibandingkan pendapatan usaha INTA sebesar Rp497,16 miliar per September 2022. Pendapatan usaha INTA per September 2023 berasal dari penjualan alat berat sebesar Rp423,25 miliar, penjualan suku cadang sebesadudahr Rp208,78 miliar. Pendapatan jasa perbaikan, persewaan dan manufaktur masing-masing Rp6,20 miliar, Rp561,75 miliar dan Rp2,91 miliar.
Tidak ketinggalan, PT Kobexindo Tractors Tbk (KOBX), distributor Develon terbesar di Indonesia itu membukukan pendapatan bersih sebesar Rp1,48 triliun selama periode Januari-September 2023. Pencapaian ini turun 20,43% jika dibandingkan pendapatan bersih sebesar Rp1,86 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan bersih KOBX ini berasal dari penjualan unit alat berat Rp1,05 triliun, turun 28,08% dari Rp1,46 triliun. Penjualan suku cadang Rp248,49 miliar, naik 17,11% dari Rp212,19 miliar. Pendapatan jasa perbaikan dan kontraktor pertambangan sebesar Rp109,08 miliar, turun 7,69% dari Rp118,17 miliar. Pendapatan sewa alat berat mencapai Rp63,30 miliar, turun 1,11% dari Rp64,01 miliar, dan sewa bangunan turun 1,09% dari Rp7,33 miliar menjadi Rp7,25 miliar.
Sebagai informasi, KOBX tidak hanya memasarkan produk excavator dan Articulated Dump Truck (ADT) Develon, tapi juga memasarkan Motor Grader Shantui. Masuknya jajaran produk dari Shantui ini guna memperkuat jajaran produk untuk segmen pertambangan dan infrastruktur. Shantui Motor Grader biasa digunakan di pertambangan dan infrastruktur sebagai perata kontur tanah pada proyek.
Produk Shantui yang diageni KOBX mencakup bulldozer, wheel loader, mini excavator, dan motor grader. Shantui memiliki basis manufaktur buldoser terbesar di dunia. Volume produksi dan angka penjualan bulldozer merupakan salah satu yang terbesar secara global. @